Kamis, 10 Desember 2009

3 Berita dari Radar Tulungagung


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!

5 Politisi Masuk Bursa Cawabup


TRENGGALEK - Kursi ca­lon wakil bupati (Cawabup) ter­nya­ta menjadi daya tarik be­be­ra­pa politisi Trenggalek. Bah­kan, kabar di masyarakat saat ini ada lima nama politisi yang masuk da­lam bursa Cawabup. Ke lima na­ma Cawabup itu, Agus Cah­yo­no (PKS), Kholiq (PKB), Su­ko­no (Golkar), Miklasiati (Gol­kar) dan Lamudji (Demokrat).
Kendati demikian, kelima po­li­ti­si tersebut belum berani ber­ge­rak secara terbuka. Mereka ma­­sih menunggu dan melihat per­kembangan situasi politik di Treng­galek. Seperti di­ung­kap­kan Sukono. Menurut wakil rak­yat yang duduk di ketua komisi I ini, tidak membantah jika di­ri­nya senter disebut-sebut ca­wa­bup. “Banyak masyarakat yang bi­lang itu, tapi saya tidak GR du­lu,” ungkapnya kemarin.
Saat ini, dirinya belum berpikir un­tuk menjadi Cawabup, namun ji­ka Partai Golkar memang meng­hen­daki dirinya maju se­ba­gai Cawabup, mantan wakil ke­tua DPRD ini tidak akan me­no­lak. “Sebagai kader yang baik, ten­tu siap ditempatkan di mana sa­ja,” kata pria berkacamata ini.
Ketika ditanya apakah saat ini su­dah mulai melakukan lobi-lobi atau mencari dukungan? Sukono me­nyatakan, sampai sekarang lang­kah tersebut belum di­la­ku­kan. “Saya belum melakukan itu, ji­ka belum ada keputusan dari par­tai,” jelasnya.
Kabar masyarakat yang me­ma­suk­kan dua nama politisi golkar un­tuk duduk di kursi Cawabup cu­kup beralasan. Sebab, partai ber­gambar pohon beringin ini ti­dak bisa memberangkatkan ca­bup-cawabup sendiri, tapi harus ber­koalisi. Dan tidak menutup ke­­mungkinan, ketika koalisi Gol­­kar bakal minta jatah kursi ca­­wa­bup.
Hal senada juga diungkapkan Mi­klasiati. Wakil ketua DPRD Treng­galek asal Golkar ini belum meng­ambil langkah terkait de­ngan dimasukkan namanya di bur­sa cawabup. “Saya akan lihat si­tu­asi dulu, dan menunggu in­struk­si partai, apalagi saat ini par­tai sedang mempersiapkan Mus­da, jadi kemungkinan keputusan se­telah Musda nanti,” jelasnya.
Sementara itu Agus Cahyono merasa wajar jika dirinya masuk bursa cawabup. Menurut mantan wakil rakyat periode 2004-2009 ini, dirinya bisa masuk bursa Cawabup itu berawal dari polling yang dilakukan internal PKS. Selain itu, saat pileg kemarin, dirinya sebagai caleg provinsi yang mendapatkan suara sekitar 10 ribu. “Mungkin hal ini lah yang mendorong masyarakat ingin memasukkan saya, karena jika melihat perolehan suara pada pileg kemarin, saya dan PKS mempunyai modal untuk itu,” ujarnya.
Tapi Agus menyatakan, sampai saat ini dirinya belum bergerak, karena menunggu instruksi dari PKS. Jika memang nanti PKS melakukan koalisi, tidak menutup kemungkinan posisi tawarnya adalah wakil bupati. “Tapi itu semua melihat perkembangan situasi politik,” katanya.
Hampir senada diungkapkan Ketua DPC PKB Kholig. Menurut wakil ketua DPRD Trenggalek ini, sampai sekarang dirinya masih menunggu keputusan partai dan saat ini partai belum bergerak. “Kalau memang partai mendukung saya tentu saya berangkat, tapi kalau tidak saya juga tidak mungkin berangkat,” ujarnya. Sementara itu Lamudji belum bisa dikonfirmasi karena wakil rakyat ini masih beribadah haji.
Menurut Andik Lukman Sahri, coordinator Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), sangat wajar jika saat ini masyarakat memasukkan lima politisi tersebut ke bursa Cawabup. Karena, akan sangat ideal apabila nanti bupati 2010-2015 merupakan pasangan birokrasi dan politisi. Dengan begitu, hubungan antara eksekutif dan legislative tidak akan ada persoalan. “Bupati bisa mengatur birokrasi, sedangkan wabupnya bisa pendekatan dengan legislative, dan nama-nama tersebut mempunyai basis massa yang cukup kuat,” ujarnya
TRENGGALEK - Kursi ca­lon wakil bupati (Cawabup) ter­nya­ta menjadi daya tarik be­be­ra­pa politisi Trenggalek. Bah­kan, kabar di masyarakat saat ini ada lima nama politisi yang masuk da­lam bursa Cawabup. Ke lima na­ma Cawabup itu, Agus Cah­yo­no (PKS), Kholiq (PKB), Su­ko­no (Golkar), Miklasiati (Gol­kar) dan Lamudji (Demokrat).
Kendati demikian, kelima po­li­ti­si tersebut belum berani ber­ge­rak secara terbuka. Mereka ma­­sih menunggu dan melihat per­kembangan situasi politik di Treng­galek. Seperti di­ung­kap­kan Sukono. Menurut wakil rak­yat yang duduk di ketua komisi I ini, tidak membantah jika di­ri­nya senter disebut-sebut ca­wa­bup. “Banyak masyarakat yang bi­lang itu, tapi saya tidak GR du­lu,” ungkapnya kemarin.
Saat ini, dirinya belum berpikir un­tuk menjadi Cawabup, namun ji­ka Partai Golkar memang meng­hen­daki dirinya maju se­ba­gai Cawabup, mantan wakil ke­tua DPRD ini tidak akan me­no­lak. “Sebagai kader yang baik, ten­tu siap ditempatkan di mana sa­ja,” kata pria berkacamata ini.
Ketika ditanya apakah saat ini su­dah mulai melakukan lobi-lobi atau mencari dukungan? Sukono me­nyatakan, sampai sekarang lang­kah tersebut belum di­la­ku­kan. “Saya belum melakukan itu, ji­ka belum ada keputusan dari par­tai,” jelasnya.
Kabar masyarakat yang me­ma­suk­kan dua nama politisi golkar un­tuk duduk di kursi Cawabup cu­kup beralasan. Sebab, partai ber­gambar pohon beringin ini ti­dak bisa memberangkatkan ca­bup-cawabup sendiri, tapi harus ber­koalisi. Dan tidak menutup ke­­mungkinan, ketika koalisi Gol­­kar bakal minta jatah kursi ca­­wa­bup.
Hal senada juga diungkapkan Mi­klasiati. Wakil ketua DPRD Treng­galek asal Golkar ini belum meng­ambil langkah terkait de­ngan dimasukkan namanya di bur­sa cawabup. “Saya akan lihat si­tu­asi dulu, dan menunggu in­struk­si partai, apalagi saat ini par­tai sedang mempersiapkan Mus­da, jadi kemungkinan keputusan se­telah Musda nanti,” jelasnya.
Sementara itu Agus Cahyono merasa wajar jika dirinya masuk bursa cawabup. Menurut mantan wakil rakyat periode 2004-2009 ini, dirinya bisa masuk bursa Cawabup itu berawal dari polling yang dilakukan internal PKS. Selain itu, saat pileg kemarin, dirinya sebagai caleg provinsi yang mendapatkan suara sekitar 10 ribu. “Mungkin hal ini lah yang mendorong masyarakat ingin memasukkan saya, karena jika melihat perolehan suara pada pileg kemarin, saya dan PKS mempunyai modal untuk itu,” ujarnya.
Tapi Agus menyatakan, sampai saat ini dirinya belum bergerak, karena menunggu instruksi dari PKS. Jika memang nanti PKS melakukan koalisi, tidak menutup kemungkinan posisi tawarnya adalah wakil bupati. “Tapi itu semua melihat perkembangan situasi politik,” katanya.
Hampir senada diungkapkan Ketua DPC PKB Kholig. Menurut wakil ketua DPRD Trenggalek ini, sampai sekarang dirinya masih menunggu keputusan partai dan saat ini partai belum bergerak. “Kalau memang partai mendukung saya tentu saya berangkat, tapi kalau tidak saya juga tidak mungkin berangkat,” ujarnya. Sementara itu Lamudji belum bisa dikonfirmasi karena wakil rakyat ini masih beribadah haji.
Menurut Andik Lukman Sahri, coordinator Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), sangat wajar jika saat ini masyarakat memasukkan lima politisi tersebut ke bursa Cawabup. Karena, akan sangat ideal apabila nanti bupati 2010-2015 merupakan pasangan birokrasi dan politisi. Dengan begitu, hubungan antara eksekutif dan legislative tidak akan ada persoalan. “Bupati bisa mengatur birokrasi, sedangkan wabupnya bisa pendekatan dengan legislative, dan nama-nama tersebut mempunyai basis massa yang cukup kuat,” ujarnya

3 komentar:

Desa Sukorejo mengatakan...

wadaw banyak bener yang maju ya??enaknya semua jadi bupati aja yuukkk

Anonim mengatakan...

Durenan:
Wah ternyata trenggalek, sudah bangkit dibidang IT, selamat. menurut saya semua calon Bupati telah memiliki kemampuan memimpin yang baik, alangkah lebih lengkap apabila memiliki bupati yang memiliki kemauan untuk brbuat adil dan jujur pada dirinya sendiri.

Unknown mengatakan...

cipto yowono atau cipto wiyono, sekda trenggalek?