Rabu, 02 Juni 2010

0 Harapan Bagi Rakyat Trenggalek


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!

Oleh Nurani Soyomukti, penulis 17 buku tema sosial-politik dan kordinator Quantum Litera Center (QLC) Trenggalek

Sebagaimana saya prediksikan dan sekaligus saya harapkan, Pemilihan bupati dan wakil bupati Trenggalek telah membuahkan hasil yang memnggembirakan. Pasangan Mulyadi-Kholik (M-K) memenangkan pertarungan memperebutkan suara rakyat Trenggalek dengan gemilang. Gelagat kemenangan ini kelihatan nyata pada saat kampanye terakhirnya yang mendatangkan pasangan Rano Karno dan pawai budaya yang dihadiri dan ditonton massa yang membludak.

Sebelumnya, tokoh muda mantan aktifis Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang menjadi anggota DPR/RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Budiman Sujatmiko, juga sempat meyakinkan pada massa dalam kampanye di Pantai Prigi bahwa Pak Mulyadi akan membawa perubahan bagi masyarakat Trenggalek. Saya sempat menyambangi Bung Budiman di tempat istirahatnya di Hotel Hayamwuruk sebelum ia bicara di depan lurah (kepala desa) se-Trenggalek di KHK Durenan. Budiman Sujatmiko adalah pembina Parade Nusantara (Paguyuban kepala desa se-Indonesia yang saat ini sedang memperjuangkan adanya Undang-undang yang mengatur otonomi dan kesejahteraan desa. Beberapa kali Parade Nusantara melakukan aksi besar-besaran di Istana Negara untuk mengekspresikan tuntutannya.

Rakyat sudah memilih, siapa yang menang dan siapa yang harus menerima kekalahan sudah ada. Yang dipilih rakyat harus diberi kesempatan memimpin, dan yang mendapatkan suara sedikitpun juga harus menghormati hasil pemilihan. Sebagaimana seorang kawan yang menjadi pendukung dan donator dari salah satu tim yang kalah pada saya tentang kekalahan calonnya, Harsam (Soeharto-Samsuri), pada saya setelah saya kirim sms padanya “GIMANA MAS, KANJENGMU KOK KALAH?”—dia menjawab: “HEHEHE… 10 HARI YANG LALU GELAGATNYA SUDAH KELIHATAN SICH… LHA, MODALNYA HABIS DI TENGAH JALAN… HEHE… ORA OPO-OPO. MOGA TETAP YANG TERBAIK YANG DIPILIH RAKYAT!”

BEBERAPA CATATAN

Ada beberapa catatan yang saya buat dalam pemilihan Bupati Trenggalek 2010 ini. Pertama, tokoh yang pernah pemimpin di masa lalu dan pernah kalah dalam pertarungan dalam pilkadal sebelumnya ternyata masih dapat memenangkan pertarungan, yang artinya masih diinginkan oleh rakyat.

Mulyadi pernah memimpin Trenggalek sejak 2000 hingga 2005 tetapi kalah dalam pemilihan langsung pertama kali di Trenggalek pada tahun 2005, kalah dengan pasangan Soeharto-Machsun Ismail. Memahami situasi di mana rakyat Trenggalek masih menginginkan dia tampil kembali dan dorongan beberapa tokoh masyarakat, Pak Mul memberanikan tampil maju dalam bursa pencalonan bupati Trenggalek. Akhirnya ia maju dengan alat politiknya, koalisi PDIP dan PKB, yang kemudian juga didukung oleh partai kecil.

Kedua, kemenangan Pak Mul membuktikan bahwa isu populis merupakan isu yang masih laku di hadapan masyarakat. Pak Mul memang meninggalkan kebijakan pemerintah yang baik bagi rakyat, ia tak meninggalkan cacat dan bersih dari kasus korupsi. Program yang ditawarkannya dalam kampanye juga menunjukkan bahwa rakyat butuh pelayanan yang baik dan tidak berbelit-belit. Program mengurus surat dan identitas kependudukan seperti akta kelahiran, Kartu Tanda Pendudukl (KTP), Kartu Keluarga (KK), dll yang ditawarkannya menurut saya merupakan isu yang paling populis dan menjawab kontradiksi yang menurut rakyat sangat menyulitkan keberadaannya.

Program yang dibungkus dengan label “Pro-Rakyat” memang yang dibutuhkan rakyat. Kehadiran Pak Mulyadi juga mengingatkan memori rakyat pada indahnya dan mudahnya pelayanan publik di masa lalu, misalnya mengurus surat-surat dan identitas kependudukan hanya sampai kecamatan yang membutuhkan biaya murah dan waktu yang cepat. Selain itu juga pasti karena fakta bahwa selama 5 tahun diperintah oleh Soeharto-Machsun, rakyat Trenggalek mengalami penderitaan nasib dan perasaan benci pada pemerintah. Kita tentu ingat bagaimana puluhan anak muda berkumpul mendiskusikan bagaimana cara menolak rekrutmen PNS yang sarat makelar, mafia, dan kolusi, dan komersialisasi: hanya yang membeli dengan harga 75-125 juta yang lolos. Meskipun pada akhirnya aksi anti-CPNS Busuk itu ditunggangi oleh para aktifis makelar juga, jelas gema kebencian terhadap birokrasi yang disimbolkan oleh kepemimpinan Soeharto-Machsun masuk dalam alam bawah sadar massa , terutama anak-anak muda.

Rusaknya jalan dan minimnya infrastruktur, biaya kesehatan yang mahal dan sarat pungutan liar, penggusuran pedagang kecil dan pasar tradisional oleh kapitalisme retail (Indomart, Alfamart, dll), harga beras anjlok dan mahalnya sarana produksi (saprodi) bagi kaum tani, kesan pribadi Pak Soeharto sebagai bupati yang oleh banyak orang dipandang “pidatonya buruk, normatif, gak berisi” dan “intelektualnya kurang” atau “diatur oleh bawahan” juga mempersulit calon Incumben ini untuk terpilih kembali.

Ketiga, ada kesalahan Incumben juga ketika memilih Pak Samsuri sebagai wakilnya. Seharusnya Pak Harto merangkul calon dari luar birokrasi yang merupakan tokoh populis atau dari kalangan partai besar yang memiliki struktur jelas. Pak Samsuri memang tokoh yang cerdas dengan tingkat intelektual dan kemampuan orasi yang membuat pendengarnya mudah memahami. Tetapi ia hanya dikenal oleh para pejabat, terutama di tingkatan desa yang memang tahu kepandaian dan intelektualitasnya karena hanya tokohg dan aparat pedesaan yang memungkinkan diundang di pendopo atau di acara-acara pemerintahan.

Rakyat mayoritas jelas tak pernah tahu kepandaian Pak Samsuri. Tambahan lagi, pak Samsuri (tokoh yang berasal dari desa yang sama dengan saya ini) pernah tersandung kasus korupsi meskipun masih sebatas tuduhan. Berbeda dengan kompetitornya (Harsam dan Mahir), kemenangan Pak Mul jelas didukung oleh faktor alat politik, yaitu berangkat dari koalisi partai besar (PDIP-PKB) yang tentu memiliki struktur yang luas dan massa yang riil.

Lepas dari itu, rakyat Trenggalek membutuhkan perubahan nasib yang lahir dari kebijakan nyata pemerintahan Pak Mulyadi dan Pak Kholik. Mudah-mudahan beliau bisa memenuhi harapan kita semua. Tentu kita sebagai rakyat juga harus melakukan control dan kritik apabila ada hal-hal yang menyimpang dari janji-janji dan harapan massa rakyat Trenggalek yang ingin sejahtera, aman, dan tentram!***


0 komentar: