5 Politisi Masuk Bursa Cawabup
TRENGGALEK - Kursi calon wakil bupati (Cawabup) ternyata menjadi daya tarik beberapa politisi Trenggalek. Bahkan, kabar di masyarakat saat ini ada lima nama politisi yang masuk dalam bursa Cawabup. Ke lima nama Cawabup itu, Agus Cahyono (PKS), Kholiq (PKB), Sukono (Golkar), Miklasiati (Golkar) dan Lamudji (Demokrat).
Kendati demikian, kelima politisi tersebut belum berani bergerak secara terbuka. Mereka masih menunggu dan melihat perkembangan situasi politik di Trenggalek. Seperti diungkapkan Sukono. Menurut wakil rakyat yang duduk di ketua komisi I ini, tidak membantah jika dirinya senter disebut-sebut cawabup. “Banyak masyarakat yang bilang itu, tapi saya tidak GR dulu,” ungkapnya kemarin.
Saat ini, dirinya belum berpikir untuk menjadi Cawabup, namun jika Partai Golkar memang menghendaki dirinya maju sebagai Cawabup, mantan wakil ketua DPRD ini tidak akan menolak. “Sebagai kader yang baik, tentu siap ditempatkan di mana saja,” kata pria berkacamata ini.
Ketika ditanya apakah saat ini sudah mulai melakukan lobi-lobi atau mencari dukungan? Sukono menyatakan, sampai sekarang langkah tersebut belum dilakukan. “Saya belum melakukan itu, jika belum ada keputusan dari partai,” jelasnya.
Kabar masyarakat yang memasukkan dua nama politisi golkar untuk duduk di kursi Cawabup cukup beralasan. Sebab, partai bergambar pohon beringin ini tidak bisa memberangkatkan cabup-cawabup sendiri, tapi harus berkoalisi. Dan tidak menutup kemungkinan, ketika koalisi Golkar bakal minta jatah kursi cawabup.
Hal senada juga diungkapkan Miklasiati. Wakil ketua DPRD Trenggalek asal Golkar ini belum mengambil langkah terkait dengan dimasukkan namanya di bursa cawabup. “Saya akan lihat situasi dulu, dan menunggu instruksi partai, apalagi saat ini partai sedang mempersiapkan Musda, jadi kemungkinan keputusan setelah Musda nanti,” jelasnya.
Sementara itu Agus Cahyono merasa wajar jika dirinya masuk bursa cawabup. Menurut mantan wakil rakyat periode 2004-2009 ini, dirinya bisa masuk bursa Cawabup itu berawal dari polling yang dilakukan internal PKS. Selain itu, saat pileg kemarin, dirinya sebagai caleg provinsi yang mendapatkan suara sekitar 10 ribu. “Mungkin hal ini lah yang mendorong masyarakat ingin memasukkan saya, karena jika melihat perolehan suara pada pileg kemarin, saya dan PKS mempunyai modal untuk itu,” ujarnya.
Tapi Agus menyatakan, sampai saat ini dirinya belum bergerak, karena menunggu instruksi dari PKS. Jika memang nanti PKS melakukan koalisi, tidak menutup kemungkinan posisi tawarnya adalah wakil bupati. “Tapi itu semua melihat perkembangan situasi politik,” katanya.
Hampir senada diungkapkan Ketua DPC PKB Kholig. Menurut wakil ketua DPRD Trenggalek ini, sampai sekarang dirinya masih menunggu keputusan partai dan saat ini partai belum bergerak. “Kalau memang partai mendukung saya tentu saya berangkat, tapi kalau tidak saya juga tidak mungkin berangkat,” ujarnya. Sementara itu Lamudji belum bisa dikonfirmasi karena wakil rakyat ini masih beribadah haji.
Menurut Andik Lukman Sahri, coordinator Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), sangat wajar jika saat ini masyarakat memasukkan lima politisi tersebut ke bursa Cawabup. Karena, akan sangat ideal apabila nanti bupati 2010-2015 merupakan pasangan birokrasi dan politisi. Dengan begitu, hubungan antara eksekutif dan legislative tidak akan ada persoalan. “Bupati bisa mengatur birokrasi, sedangkan wabupnya bisa pendekatan dengan legislative, dan nama-nama tersebut mempunyai basis massa yang cukup kuat,” ujarnya
TRENGGALEK - Kursi calon wakil bupati (Cawabup) ternyata menjadi daya tarik beberapa politisi Trenggalek. Bahkan, kabar di masyarakat saat ini ada lima nama politisi yang masuk dalam bursa Cawabup. Ke lima nama Cawabup itu, Agus Cahyono (PKS), Kholiq (PKB), Sukono (Golkar), Miklasiati (Golkar) dan Lamudji (Demokrat).
Kendati demikian, kelima politisi tersebut belum berani bergerak secara terbuka. Mereka masih menunggu dan melihat perkembangan situasi politik di Trenggalek. Seperti diungkapkan Sukono. Menurut wakil rakyat yang duduk di ketua komisi I ini, tidak membantah jika dirinya senter disebut-sebut cawabup. “Banyak masyarakat yang bilang itu, tapi saya tidak GR dulu,” ungkapnya kemarin.
Saat ini, dirinya belum berpikir untuk menjadi Cawabup, namun jika Partai Golkar memang menghendaki dirinya maju sebagai Cawabup, mantan wakil ketua DPRD ini tidak akan menolak. “Sebagai kader yang baik, tentu siap ditempatkan di mana saja,” kata pria berkacamata ini.
Ketika ditanya apakah saat ini sudah mulai melakukan lobi-lobi atau mencari dukungan? Sukono menyatakan, sampai sekarang langkah tersebut belum dilakukan. “Saya belum melakukan itu, jika belum ada keputusan dari partai,” jelasnya.
Kabar masyarakat yang memasukkan dua nama politisi golkar untuk duduk di kursi Cawabup cukup beralasan. Sebab, partai bergambar pohon beringin ini tidak bisa memberangkatkan cabup-cawabup sendiri, tapi harus berkoalisi. Dan tidak menutup kemungkinan, ketika koalisi Golkar bakal minta jatah kursi cawabup.
Hal senada juga diungkapkan Miklasiati. Wakil ketua DPRD Trenggalek asal Golkar ini belum mengambil langkah terkait dengan dimasukkan namanya di bursa cawabup. “Saya akan lihat situasi dulu, dan menunggu instruksi partai, apalagi saat ini partai sedang mempersiapkan Musda, jadi kemungkinan keputusan setelah Musda nanti,” jelasnya.
Sementara itu Agus Cahyono merasa wajar jika dirinya masuk bursa cawabup. Menurut mantan wakil rakyat periode 2004-2009 ini, dirinya bisa masuk bursa Cawabup itu berawal dari polling yang dilakukan internal PKS. Selain itu, saat pileg kemarin, dirinya sebagai caleg provinsi yang mendapatkan suara sekitar 10 ribu. “Mungkin hal ini lah yang mendorong masyarakat ingin memasukkan saya, karena jika melihat perolehan suara pada pileg kemarin, saya dan PKS mempunyai modal untuk itu,” ujarnya.
Tapi Agus menyatakan, sampai saat ini dirinya belum bergerak, karena menunggu instruksi dari PKS. Jika memang nanti PKS melakukan koalisi, tidak menutup kemungkinan posisi tawarnya adalah wakil bupati. “Tapi itu semua melihat perkembangan situasi politik,” katanya.
Hampir senada diungkapkan Ketua DPC PKB Kholig. Menurut wakil ketua DPRD Trenggalek ini, sampai sekarang dirinya masih menunggu keputusan partai dan saat ini partai belum bergerak. “Kalau memang partai mendukung saya tentu saya berangkat, tapi kalau tidak saya juga tidak mungkin berangkat,” ujarnya. Sementara itu Lamudji belum bisa dikonfirmasi karena wakil rakyat ini masih beribadah haji.
Menurut Andik Lukman Sahri, coordinator Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), sangat wajar jika saat ini masyarakat memasukkan lima politisi tersebut ke bursa Cawabup. Karena, akan sangat ideal apabila nanti bupati 2010-2015 merupakan pasangan birokrasi dan politisi. Dengan begitu, hubungan antara eksekutif dan legislative tidak akan ada persoalan. “Bupati bisa mengatur birokrasi, sedangkan wabupnya bisa pendekatan dengan legislative, dan nama-nama tersebut mempunyai basis massa yang cukup kuat,” ujarnya
3 komentar:
wadaw banyak bener yang maju ya??enaknya semua jadi bupati aja yuukkk
Durenan:
Wah ternyata trenggalek, sudah bangkit dibidang IT, selamat. menurut saya semua calon Bupati telah memiliki kemampuan memimpin yang baik, alangkah lebih lengkap apabila memiliki bupati yang memiliki kemauan untuk brbuat adil dan jujur pada dirinya sendiri.
cipto yowono atau cipto wiyono, sekda trenggalek?
Posting Komentar